Mewujudkan Keterlibatan Mahasiswa: Pandangan Asura Firay Tentang Pemira Universitas Semarang

Semarang, 9 Oktober 2024 – Pemilihan Raya (Pemira) di Universitas Semarang selalu menjadi momen penting bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi. Dalam wawancara terbaru, Presiden Mahasiswa Universitas Semarang, Asura Firay, mengungkapkan pandangannya mengenai pentingnya proses pemilihan yang transparan dan partisipatif, terutama setelah pengalaman aklamasi pada tahun lalu yang menjadi sorotan.

 

Keprihatinan Terhadap Proses Kaderisasi
Asura mengungkapkan keprihatinan mendalam mengenai proses kaderisasi di Universitas Semarang. Ia menekankan bahwa aklamasi yang terjadi tahun lalu seharusnya tidak terulang. “Kita berharap proses demokrasi di Universitas Semarang, khususnya di organisasi kemahasiswaan, dapat berjalan dengan baik”, ujarnya. Menurutnya, tanggung jawab untuk menghidupi demokrasi juga terletak di antara mahasiswa itu sendiri. “Kita perlu saling mendukung dan memastikan bahwa setiap individu yang memenuhi syarat untuk mencalonkan diri dapat terlibat dalam proses ini”.

 

Upaya Mencegah Aklamasi
Asura juga memaparkan berbagai langkah yang diambil untuk mencegah terjadinya aklamasi pada pemira mendatang. Ia menjelaskan bahwa penting bagi calon-calon untuk mendapatkan rekomendasi dari fakultas masing-masing. “Saya sudah berdialog dengan teman-teman Gubernur (Ketua BEM Fakultas) terkait dengan kandidat yang akan dicalonkan”, ujarnya. Dialog tersebut bertujuan untuk mengkonsolidasikan informasi dan mencegah miskomunikasi antara fakultas mengenai calon yang diajukan.
Asura menegaskan bahwa penting bagi calon Ketua dan Wakil Ketua BEM maupun DEMA untuk berasal dari fakultas yang berbeda, sehingga dapat menciptakan keberagaman dan mewakili suara mahasiswa secara lebih adil. “Kami terus melakukan dialog untuk memastikan bahwa setiap calon memiliki dukungan yang tepat dan tidak ada kesalahpahaman”, imbuhnya.

 

Mengatasi Ketidakminatan Mahasiswa terhadap Organisasi
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kurangnya minat mahasiswa untuk terlibat dalam organisasi, yang sering kali dianggap sebagai buang-buang waktu. Asura memberikan pandangannya tentang hal ini. “Ketika kita berada dalam kelas, kita perlu menyadari bahwa pengembangan diri tidak hanya terjadi di dalam ruangan tersebut”,  jelasnya. Ia percaya bahwa organisasi memiliki peran penting dalam mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia nyata.

“Aspek positif dari berorganisasi sangat banyak, baik secara individu maupun sosial. Kita harus membuka pikiran dan melihat dampak yang bisa diberikan oleh kegiatan organisasi”, lanjutnya. Asura menekankan bahwa banyak alumni yang berhasil lulus tepat waktu dan bahkan menjadi lulusan terbaik berkat pengalaman mereka dalam berorganisasi. “Mari kita evaluasi kembali pemikiran bahwa organisasi itu membuang waktu”,  tegasnya.

Spread the love