Refleksi Rasa Syukur dan Ikhlas melalui Seni

Oleh : Noufal Ahnaf

Saya mengamini bahwa syukur dan ikhlas adalah dua hal yang mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Bagi saya, memahami maknanya memerlukan perjalanan seumur hidup.

Gus Baha pernah berkata, “lebih baik tidur dengan penuh rasa syukur daripada sholat Tahajud tapi tujuannya menuntut Allah.”

Melalui dawuh tersebut, saya memaknai bahwa Gus Baha mengajarkan bahwa ibadah tertinggi adalah memiliki rasa syukur yang tulus. Dari syukur itulah lahir keikhlasan.

Jika seseorang bersyukur, otomatis ia akan lebih mudah ikhlas dalam menerima apa pun yang diberikan Allah.

Mengutip tulisan dari Muhammad Rahman Athian di Pameran Nasional V Kolcai “Unlocked & Limitless” yang berlangsung di Semarang Gallery pada 29 November-10 Desember 2024, menegaskan bahwa seni akuarel dapat melampaui batasan teknis maupun konvensional.

Seni bukan hanya tentang teknik, melainkan juga tentang kebebasan dalam berekspresi, merayakan keberagaman, dan memberikan ruang untuk berbagai interpretasi.

Bagi saya, kebebasan dan keberagaman yang ditampilkan dalam pameran ini sejalan dengan makna syukur dan ikhlas.

Seni mengajarkan kita untuk menerima apa adanya, menikmati setiap proses, dan merayakan keindahan dalam keberagaman, sebagaimana syukur dan ikhlas mengajarkan kita untuk menerima hidup tanpa menuntut, melainkan dengan penuh rasa terima kasih.

Unlocked & Limitless bukan hanya pameran seni, tetapi juga pengingat akan pentingnya kebebasan jiwa dalam bersyukur dan ikhlas.

Spread the love