Semarang, 22 Agustus 2024 – Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Jawa Tengah, bersama aliansi masyarakat sipil, menggelar aksi demonstrasi di Semarang. Massa mulai memadati jalan Peleburan, Universitas Diponegoro, sejak pukul 10.00 WIB, sebelum berjalan kaki menuju Kompleks Gubernuran dan DPRD Jawa Tengah sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Aksi ini dilatarbelakangi kekecewaan terhadap agenda Rapat Paripurna RUU Pilkada yang dinilai mengancam konstitusi negara. Berdasarkan notulensi Konsolidasi Semarang Raya tentang Kemunduran Demokrasi yang diadakan pada 21 Agustus 2024 di Universitas PGRI Semarang, demonstran menyampaikan beberapa tuntutan utama:
1. Mendesak pemerintah untuk mengembalikan kebijakan meritokrasi dan menghapus praktik politik dinasti, politik balas budi, dan politik koncoisme.
2. Mendesak DPR RI untuk tidak menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 60 dan MK No. 70 yang mengatur ambang batas pencalonan dan batasan usia.
3. Mengembalikan marwah nilai-nilai demokrasi dan supremasi hukum di Indonesia.
4. Mendesak DPR RI untuk segera mengesahkan RUU yang bersifat urgent, seperti RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan RUU Perampasan Aset.
5. Membatalkan RUU TNI-Polri yang memungkinkan mereka masuk ke pemerintahan dan bisnis.
6. Mengembalikan hak berdemokrasi pada kontestasi Pemilihan Umum.
7. Menolak Pilkada yang dianggap sebagai akal-akalan politik.
Aksi yang diinisiasi oleh Aliansi Mahasiswa Semarang Raya dan Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Tengah ini awalnya berjalan dengan tertib, diiringi orasi-orasi yang lantang. Namun, situasi berubah tegang ketika massa demonstran berusaha masuk ke dalam Kompleks Gubernuran dan dihalau oleh aparat kepolisian.
Kericuhan pun tidak terelakkan ketika gas air mata ditembakkan ke arah demonstran, menyebabkan beberapa mahasiswa mengalami luka-luka. Hingga berita ini diturunkan, situasi di lokasi demonstrasi masih memanas.
